KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis ucapkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Antropobiologi yang berjudul “Pernikahan Adat Thailand”.
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas / ujian UTS mata
kuliah Antropobiologi.
Dalam
penulisan makalah ini tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi, namun penulis
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain dan tidak
bukan berkat bantuan dan dorongan dari orang – orang sekitar.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu
Yaswinda,M.Pd selaku dosen mata kuliah Antropobiologi yang telah memberi tugas
serta petunjuk kepada penulis sehingga penulis termotifasi dan menyelesaikan
makalah ini.
2. Orang tua yang telah turut memberikan dorongan
dan bimbingan sehingga tugas dan penulisan makalah ini selesai.
3. Teman
– teman yang memberikan dorongan dan membantu terselasai nya makalah ini.
Semoga materi ini bermamfaat dan menjadi sumbangan
pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khusus nya bagi penulis sehingga tujuan
yang di harapkan dapat tercapai. Amin.
Padang,
21 April 2011
Penulis
i
DAFTAR
ISI
halaman
Kata Pengantar …………………………………………………………i
Daftar Isi…………………………………………………… ………….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang………………………………………………….1
1.2
Batasan Masalah………………………………………………..1
1.3
Rumusan Masalah………………………………………………1
1.4
Tujuan Penulisan………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tradisi
Pernikahan Thailand……………………………………….3
2.2 Proses
Pernikahan di Thailand……………………………………..4
2.3 Metode Pernikahan di Thailand…………………………………….4
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan………………………………………………..7
3.2
Saran
……………………………………………………..7
Referensi
Lampiran Gambar
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Pernikahan
merupakan salah satu bentuk ibadah. Pernikahan juga merupakan salah satu sunah
rasul dan itu wajib di lakukan oleh setiap muslim yang sudah mampu atau siap
melaksanakannya.
Pernikahan
juga di atur dalam UU, yaitu pasal 22 UU nomor 01 tahun 1974, perkawinan yang
telah memenuhi sarat keagamaan dan kepercayaan itu segera disusul dengan
pendaftaran atau pencatatan.
Pernikahan
di daerah bahkan di negara sekalipun tidak sama,kalaupun ada persamaan pasti
ada juga memiliki perbedaan. Tradisi pernikahan daerah Padang berbeda dengan
tradisi pernikahan di daerah Pasaman, begitu juga dengan negara Thailand,negara
Thailand juga mempunyai perbedaan dalam proses pernikahan dengan negara-negara
lain di dunia.
Negara
Thailand mempunyai tradisi pernikahan dan proses pernikahan serta metode pernikahan yang unik dan berbeda dengan negara
lain karena mereka menjunjung tinggi kepercayaan atau agama dalam proses ini.
2. BATASAN
MASALAH
Dari
masalah yang di uraikan di atas dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :
1. Tradisi
pernikahan Thailand
2. Proses
pernikahan Thailand
3. Metode
pernikahan Thaland
3. RUMUSAN
MASALAH
Dari batasan masalah di
atas dapat di rumuskan :
1.
Bagaimana bentuk tradisi pernikahan di
Thailand
2.
Bagaiman proses pernikan di Thailand
3.
Bagaiman metode pernikahan di Thailand
1
4. TUJUAN
PENULISAN
Tujuan umum penulisan
dari makalah ini adalah mendapatkan wawasan dan pengetahuan tentang pernikahan
adat di negara Thailand.
Tujuan
khusus nya,adalah :
1. Mengetahui
tradisi pernikahan di Thailand.
2. Mengetahui
proses pernikahan di Thailand.
3. Mengetahui
metode pernikahan di Thailand.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Tradisi
Pernikahan Thailand
Sebagian besar pasangan di Thailand
lebih memilih bertunangan dan upacara perkawinan mereka dilaksanakan pada hari
yang sama. Pertunangan dilaksanakan pada pagi hari, diikuti dengan upacara
perkawinan pada siang hari dan resepsi perkawinan pada malam hari.
Perkawinannya itu ditentukan oleh
seorang biarawan/pendeta Budha yang menentukannya berdasarkan pada ulang tahun
dan tanggal kelahiran dari pasangan calon pengantin itu untuk mendapatkan hari yang dianggap paling cocok dan baik bagi mereka.
Tetapi sebelum upacara pertunangan dilakukan,
orang tua calon mempelai pria harus memohon persetujuan kepada orang tua calon
mempelai perempuan dan menanyakan nilai mas kawin yang mereka kehendaki. Dalam
bahasa setempat mas kawin itu dinamakan thong
mun (thong berarti emas, dan mun
berarti pertunangan) ada juga yang di sebut dengan “Dosa sodt” dan
nilainya ditentukan oleh keluarga calon pengantin perempuan. Mas kawin itu
biasanya dalam bentuk perhiasan emas dan uang, dan kadang-kadang juga dapat
berupa properti. Dan akan kembali ke pengantin setelah pernikahan itu terjadi.
Para pengantin di thailand biasa nya
tidak mendaftarkan perkawinan nya, karena menurut mereka pemberkatan secara
Agama Budha di anggap lebih penting daripada legislatif ( secara hukum ).
Tetapi ada juga pasangan yang selain melakukan upacara pernikahan, mereka juga
mendaftarkan pernikahan mereka secara hukum di kantor Amphur setempat.
3
2.
Proses Pernikahan di Thailand
Sepanjang upacara, mempelai
perempuan dan pria masing-masing memakai rangkaian bunga pada
kepala mereka yang terhubung menjadi satu. Kemudian orang tua dan para sesepuh
baik dari keluarga pasangan pengantin perempuan maupun pengantin pria akan
memberikan berkat bagi kedua mempelai, yang berlutut di hadapan mereka, dengan
cara menuangkan air pada kedua telapak tangan mempelai yang dipertautkan
menjadi satu (satu telapak tangan pengantin perempuan menempel pada satu
telapak pengantin pria). Menggunakakn suatu jenis kerang tertentu untuk menuang
air tersebut. Kadang-kadang para biarawan/pendeta diundang untuk membacakan
kitab suci Budha.
3.
Model Pernikahan di Thailand
Ø Pernikahan di Thailand menurut Agama
Budha
Upacara
perkawinan Thailand antara umat Buddha pada umumnya dibagi menjadi dua
bagian,yaitu:
·
Buddha komponen, yang mencakup pembacaan doa dan
persembahan makanan dan hadiah-hadiah lainnya untuk para biarawan dan gambar
Buddha.
·
Komponen non-Buddhis berakar pada tradisi
rakyat, yang berpusat pada pasangan suami-istri.
Pada zaman
dulu, Para biksu Budha tidak begitu di undang untuk hadir pada setiap tahapan
upacara perkawinan itu sendiri. Karena ada mitos yang di percaya masyarakat
bahwa apabila ada biarawan diminta untuk mengurus pemakaman orang mati selama
mereka menghadiri sebuah pernikahan, maka hal itu dianggap pertanda buruk bagi
rumah tangga pengantin nantinya. Dan untuk mengatasi hal itu mereka akan mencari
berkat dari kuil setempat sebelum atau sesudah pernikahan tersebut, dan mungkin
berkonsultasi dengan seorang biarawan untuk astrologi nasihat yang di tuakan.
Non-Buddhis bagian dari pernikahan akan berlangsung jauh dari kuil, dan akan
sering terjadi pada hari yang terpisah.
4
Pada zaman modern, pernikahan
terjadi di dalam kuil. Sementara sebuah divisi masih biasa terlihat antara
agama dan sekuler bagian layanan pernikahan, mungkin sederhana
seperti para biarawan hadir dalam upacara Buddhis berangkat untuk mengambil
peran mereka setelah makan siang selesai.
Selama
biarawan mengikuti proses pernikahan, pasangan melakukan pemujaan di hadapan
patung Buddha. Mereka kemudian membacakan doa-doa Buddha tertentu atau nyanyian
(biasanya termasuk mengambil Tiga perlindungan dan Lima ajaran), dan menyalakan
dupa dan lilin sebelum pengambilan gambar. Para orangtua dari pasangan kemudian
dapat dipanggil untuk menghubungkan mereka,yaitu dengan menempatkan benang di
atas kepala pengantin yang mengaitkan pasangan tersebut. Pasangan mungkin
kemudian membuat persembahan makanan, bunga, dan obat-obatan kepada para
biarawan sekarang. Hadiah uang tunai (biasanya ditempatkan dalam sebuah amplop)
mungkin juga akan disajikan ke kuil pada saat ini.
Para biarawan
berkumpul dan memulai membacaan serangkaian kitab suci Pali untuk membawa
pahala dan berkah bagi pasangan baru. String berakhir dengan memimpin biarawan,
yang mungkin terhubung ke sebuah wadah air yang akan gunakan untuk upacara.
Merit dikatakan perjalanan melalui string dan akan disampaikan kepada air
pengaturan yang sama digunakan untuk mentransfer pahala kepada orang mati di
pemakaman, bukti lebih lanjut dari melemahnya pencampuran tabu pada citra dan
simbol-simbol penguburan dengan upacara perkawinan. Kemudian air dicampur
dengan lilin, tetesan dari menyalakan lilin di depan gambar Buddha dan
rempah-rempah lainnya untuk menciptakan sebuah ‘paste’ yang kemudian di cap
pada dahi pengantin untuk membuat bintik kecil mirip dengan yang dibuat dengan
oker merah Hindu devotees. Tanda pengantin wanita diciptakan dengan gagang
akhir lilin daripada jempol biarawan itu, sesuai dengan Vinaya menyentuh
larangan terhadap perempuan.
Setelah itu,Peringkat
tertinggi rahib dapat dipilih untuk mengucapkan beberapa patah kata kepada
pasangan, menawarkan nasihat atau dorongan. Pasangan mungkin kemudian membuat
persembahan makanan kepada para biarawan, di mana bagian Buddhis dari upacara ini
menyimpulkan.
5
Ø Pernikahan
Muslim Thailand
Komponen
keagamaan upacara perkawinan antara Muslim Thailand sangat berbeda dengan
proses pernikahan pada penganut agama Budha. Imam masjid setempat, pengantin
laki-laki, ayah pengantin perempuan, laki-laki dalam keluarga dan orang-orang
penting dalam masyarakat duduk dalam lingkaran selama upacara, yang dilakukan
oleh Imam. Semua wanita, termasuk pengantin, duduk di ruang yang terpisah dan
tidak memiliki partisipasi langsung dalam upacara. Komponen sekuler upacara
Namun, sering hampir identik dengan sekuler bagian dari upacara pernikahan
Buddha Thailand. Satu-satunya perbedaan penting di sini adalah jenis daging
yang disajikan kepada tamu (kambing dan / atau daging sapi daripada daging
babi). Thai Muslim sering, meskipun tidak selalu, juga mengikuti konvensi Thai
sistem mas kawin.
6
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Pernikahan di Thailand adalah pernikahan yang agamais
karena dalam proses pernikahan tersebut di jalan kan dalam naungan agama, baik
para penganut agama Budha maupun penganut Agama Islam.
Selama proses pernikahan tersebut pengantin di tuntun
oleh biarawan / bitsu atau imam untuk melakukan proses pernikahan yang sah dan
diberkati oleh Tuhan yang mereka percayai.
Dalam pernikahan di Thailand juga melakukan pemberian
restu dari orang tua, sesepuh dan orang-orang terdekat dalam keluarga,yaitu
dengan berlutut di hadapan mereka,dan mereka memberikan restu dengan cara
menuangkan air khusus yang di gunakan untuk itu kepada tangan mengantin yang di
satukan.
2. SARAN
Dari pembahasan di atas,seharusnya kita
tidak melupakan adat dan agama dalam melaksakan pernikahan.
7
REFERENSI
http://erabaru.net/kehidupan/45-gaya-hidup/7047-tradisi-pernikahan-thailand
Whttp://www.thai-blogs.com/2008/08/23/thai-wedding-photos/edding
Photos